Yogyakarta, (23/1)Pameran mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UPN "Veteran" Yogyakarta dengan Ruang MES 56 digelar di Ruang MES 56 Jalan Nagan Lor No 17, Yogyakarta, mulai 14 hingga 28 Februari 2009.
Para peserta workshop berupaya mengenal dan mempelajari puisi-puisi cinta Chairil Anwar. Mereka membuka waktu untuk mencerna dan menjadikan puisi-puisi Chairil menjadi bagian dari kehidupan peserta workshop untuk bisa menciptakan sebuah ilustrasi gambar melalui ilmu fotografi.
Selama workshop tidak ada kebenaran yang dicari dari kalimat-kalimat Chairil. Peserta hanya mencocokkan dengan situasi atau pengalaman yang dialami sehari-hari. Banyak kalimat dan situasi yang dia tulis saat itu tidak bisa dipahami...sangat aneh dan egois! Seperti dalam salah satu puisinya:
Mirat Muda, Chairil Muda
Dialah, Miratlah, ketika mereka merebah,Menatap lama ke dalam pandangnya coba memisah matanya menantangyang satu tajam dan jujur yang sebelah.
Ketawa diadukannya giginya pada mulut Chairil; dan bertanya; Adakah, adakahkau selalu mesra dan aku bagimu indah?
Mirat raba urut Chairil, raba dada.Dan tahulah dia kini, bisa katakan dan tunjukkan dengan pasti di mana menghidup jiwa, menghembus nyawa.Liang jiwa-nyawa saling berganti.
Dia rapatkan dirinya pada Chairil makin sehati; hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas.Hiduplah Mirat dan Chairil deras, menuntut tinggi tidak setapak berjarak dengan mati.
[1949]
Puisi romantis yang sangat aneh! TAPI TIDAK SAMA SEKALI BAGI MEREKA! Teman-teman FOTKOM 401 membongkar puisi tersebut menjadi ILUSTRASI foto dengan beragam pemaknaan. "Mirat Muda, Chairil Muda" telah berhasil diterjemahkan oleh Noval dan Pungky menjadi sebuah animasi fotografi dengan teknik "BULB" untuk bisa menggerakkan sebuah sumber cahaya menjadi sebuah lakon yang bergerak. Atau satu salah puisinya yang lain berjudul "Hampa" dikontruksi dengan gagasan 'anti gravitasi' oleh Ayu Rahmawati hingga menghasilkan ilusi fotografi yang tidak bisa dibilang sederhana.
Selain teknik animasi ada beberapa ilustrasi yang menghasilkan metode lain untuk menerjemahkannya, seperti instalasi, riset, jurnalistik, digital imaging, SEMUA LENGKAP DISINI! Sebagai pernyataan cinta mereka kepada Chairil Anwar dan cinta mereka terhadap CINTA itu sendiri.
Workshop ini diselenggarakan oleh FOTKOM 401 dan Ruang MES 56. Didukung pula oleh: UPN "Veteran" Yogyakarta, Jogja National Museum, HIMAKOM, AVIKOM, Crash FM, Ruang Laba, Salon Perona, UTY FM, Moviebox, Partaya Digital Printing, Female Radio, GCD FM, Harian Jogja, dan IndieGuerillas.
Para peserta workshop berupaya mengenal dan mempelajari puisi-puisi cinta Chairil Anwar. Mereka membuka waktu untuk mencerna dan menjadikan puisi-puisi Chairil menjadi bagian dari kehidupan peserta workshop untuk bisa menciptakan sebuah ilustrasi gambar melalui ilmu fotografi.
Selama workshop tidak ada kebenaran yang dicari dari kalimat-kalimat Chairil. Peserta hanya mencocokkan dengan situasi atau pengalaman yang dialami sehari-hari. Banyak kalimat dan situasi yang dia tulis saat itu tidak bisa dipahami...sangat aneh dan egois! Seperti dalam salah satu puisinya:
Mirat Muda, Chairil Muda
Dialah, Miratlah, ketika mereka merebah,Menatap lama ke dalam pandangnya coba memisah matanya menantangyang satu tajam dan jujur yang sebelah.
Ketawa diadukannya giginya pada mulut Chairil; dan bertanya; Adakah, adakahkau selalu mesra dan aku bagimu indah?
Mirat raba urut Chairil, raba dada.Dan tahulah dia kini, bisa katakan dan tunjukkan dengan pasti di mana menghidup jiwa, menghembus nyawa.Liang jiwa-nyawa saling berganti.
Dia rapatkan dirinya pada Chairil makin sehati; hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas.Hiduplah Mirat dan Chairil deras, menuntut tinggi tidak setapak berjarak dengan mati.
[1949]
Puisi romantis yang sangat aneh! TAPI TIDAK SAMA SEKALI BAGI MEREKA! Teman-teman FOTKOM 401 membongkar puisi tersebut menjadi ILUSTRASI foto dengan beragam pemaknaan. "Mirat Muda, Chairil Muda" telah berhasil diterjemahkan oleh Noval dan Pungky menjadi sebuah animasi fotografi dengan teknik "BULB" untuk bisa menggerakkan sebuah sumber cahaya menjadi sebuah lakon yang bergerak. Atau satu salah puisinya yang lain berjudul "Hampa" dikontruksi dengan gagasan 'anti gravitasi' oleh Ayu Rahmawati hingga menghasilkan ilusi fotografi yang tidak bisa dibilang sederhana.
Selain teknik animasi ada beberapa ilustrasi yang menghasilkan metode lain untuk menerjemahkannya, seperti instalasi, riset, jurnalistik, digital imaging, SEMUA LENGKAP DISINI! Sebagai pernyataan cinta mereka kepada Chairil Anwar dan cinta mereka terhadap CINTA itu sendiri.
Workshop ini diselenggarakan oleh FOTKOM 401 dan Ruang MES 56. Didukung pula oleh: UPN "Veteran" Yogyakarta, Jogja National Museum, HIMAKOM, AVIKOM, Crash FM, Ruang Laba, Salon Perona, UTY FM, Moviebox, Partaya Digital Printing, Female Radio, GCD FM, Harian Jogja, dan IndieGuerillas.
0 komentar:
Posting Komentar